Jamaah jumat
yang berbahagia.
Marilah kita
bersyukur kepada Allah atas limpahan kenikmatan yang telah kita rasakan sampai
saat ini. Perlu kita ketahui bahwa karena nikmat Allah-lah kita bisa menemui
Jumat ini dan berkumpul di masjid ini. Tidak ada yang layak untuk kita dustakan
bahwa nikmat Allah memang tidak terhingga banyaknya.
Jamaah Jumat
yang dirahmati Allah.
Kita semua
adalah hamba Allah. Barangkali di hati seseorang terbesit sebuah pertanyaan,
‘Apakah Allah memahami dan memperhatikan kita semua ini sebagai hamba-Nya?
Seperti majikan yang mempunyai pekerja banyak, apakah seorang majikan itu pasti
perhatian secara penuh terhadap semua pekerjanya?” jawabannya adalah, tergantung
pekerjanya." jika pekerjanya itu memberikan perhatian penuh kepada
majikannya. maka majikan pun mempunyai perhatian khusus kepadanya. Di sinilah
pentingnya menjadi orang muslim yang berikhtiar terus menerus, bagaimana agar
diri kita betul-betul diperhatikan secara khusus oleh Allah.
Perlu kita
ketahui bahwa Allah tidak akan pernah mendzalimi kita. Semua yang ada di tangan
Allah itu tidak gratis. Konsep dalam Islam, semuanya tidak ada yang gratis dan
harus ditebus dengan amal. Tidak sama dengan konsep dan agama-agama lain yang
menggunakan penebus dosa.
Contoh yang
paling nyata, tepatnya di daerah pantai Rio de Janeiro itu ada patung Yesus
yang dibangun di puncak gunung dengan ketinggian patung sekitar 700 meter.
Patung tersebut sangat besar dengan tangan terbuka menghadap pantai dan
orang-orang. Penduduk setempat menyebutnya sebagai Kristus Penebus. Seolah olah
kemaksiatan yang terus-menerus dilakukan di pantai itu sudah ditebus oleh tuhan
yang ada di gunung itu sehingga konsep agama seperti ini cocok untuk turis-turis
yang tidak mengenal dosa dan akhirat. Islam tidak seperti itu. Karenanya,
pertanyaan yang sangat mendasar terhadap diri kita sendiri. sudahkah kita ini
berbuat atau mempunyai perbuatan yang menyenangkan Tuhan yang tidak lain adalah
Allah? Pertanyaan ini menjadi penting karena ini merupakan kepentingan kita
sendiri.
Ada satu hal
yang tidak enak disampaikan, tetapi penting untuk direnungkan. Jika ada orang
beriman, percaya kepada Allah, tetapi maaf, kehidupannya terlunta-lunta, tidak
enak, itu salahnya sendiri. Bukan bermaksud untuk menyakiti hati mereka yang
kekurangan, tetapi marilah kita merenungkannya.
Jika
memberikan resep secara imamyah dan syahadah, maka persoalan kehidupan yang
serba uang ini bisa terselesaikan. Jika kita bersyahadat, bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, tidak mungkin
kehidupan kita tidak bahagia. Sementara itu, jika kita mempunyai prestasi
khusus yang diperhatikan, yang membuat Allah senang, maka kita yang syahadat
betul, memberi peran sebesar-besarnya untuk mengatur hidupkita. Jika kita
melakukan seperti itu, tidak mungkln hidup kita tidak enak.
Banyak orang
yang tidak bisa menghubungkan antara keimanan, ketakwaan, dan rezeki. Untuk
itu, kita harus menghubungkannya. Mari kita coba, keimanan kita diubah. Harus
ada sebuah treatment yang revolusioner. Mengubah ekonomi, kita melibatkan
Allah. Optimalkan keimanan kita, Contohnya; dalam hal shalat, ikuti jam
pertemuan dengan Allah yang wajib, lima kali sehari tepat dan awal waktu, secara
berjamaah. Alasan apapun, tinggalkan. Ikuti jam pertemuan kepada Allah
tersebut. Datang ke masjid sebelum adzan berkumandang. Seperti kita menyambut
tamu besar, kita dahulu yang datang. Bukannya Allah yang menunggu,
memanggil-manggil, kita baru datang.
Barangkali
jam tatap muka kurang banyak, tambahlah dengan waktu-waktu lain. Ada waktu duha
sebagai waktu ekstra. Shalat duha minimal dua rakaat. Di situ Allah memberi
peluang khusus untuk konsultasi ekonomi. Allah memberikan konseling, bimbingan,
dan keterbukaan. jadi,ada ruang khusus. bahkan dengan doa-doa yang sangat
Spektakuler. In kaana rizqii fil ardhi fa akhrijhu. jika rezekiku tersembunyi
di bumi maka keluarkanlah, jika rezekiku sangat jauh maka dekatkanlah, jika
rezekiku menggantung di langit maka turunkanlah. jika rezekiku sedikit maka
banyakkanlah. kalau rezekiku sulit maka mudahkanlah. dan lain-lain.
Jarang
sekali peluang bimbingan bisnis yang sangat revolusioner seperti ini terbuka.
Sedikit sekali orang yang mau memanfaatkannya. Bahkan masih mengandalkan
dirinya, kekuatan ototnya. dan Allah tidak diberi peran untuk itu.
Tidak hanya
itu, bahkan Allah memberikan jam tatap muka tambahan. Ketika orang-orang sudah
tidur lelap di malam hari. maka bangunlah. Mencoba berbisik kepada Allah,
meminta. datang sendiri. Biasanya anak yang meminta uang datang sendiri, tanpa
diketahui oleh saudara-saudara lainnya itu diperhatikan orangtua. Apalagi jika
Allah kita datangi dengan berbisik. Besok malam kita datangi lagi, mintai lagi,
terus-menerus. Orang yang amalnya seperti ini, kedekatan dengan Allah,pembacaan
kitab suci-Nya, membaca al Fatihah, sekian kali, surat al Waqi'ah sekian kali,
aktif shalat Duha, dan aktif shalat Tahajud, tidak mungkin miskin.
Allah tidak
mungkin ingkar janji. jadi, keimanan kita harus totalitas, baik hubungan kepada
Allah dari segi 'ubudiyyah maupun hubungan kepada Allah dari segi mana saja.
Untuk itu, saya tidak membicarakan hal-hal yang lain, tetapi membahas
kebahagiaan, bukan membicarakan uang. Perkara takaran rezeki seberapa, Allah sudah
mengatur sendiri. Akan tetapi, perkara ketercukupan itu bisa direka-reka.
Allah
memberikan jaminan. Begitu makhluk dicipta, dijamin dengan lafal wa ma min
dabatin fil ardhi ilIa 'ala AIIahi rizquha. Lafal dabba-yadubbu berarti
bergerak, merambat. Akan tetapi, harus ada ikhtiar. Dan, ikhtiar yang paling
revolusioner adalah ikhtiar lahiriah yang dibarengi dengan ikhtiar batiniah.
Itulah pandangan hidup yang mengarah kepada kebahagiaan ukhrowi.
Selain itu,
ada nilai plus yang bisa dibangun oleh orang-orang tertentu, yang itu tidak
bisa dibangun oleh orang orang biasa. Ketika Khalifah al Makmun meminta
pandangan kepada seorang ahli hikmah tentang proyeksi kehidupan anak
keturunannya ke depan. maka dijawab dengan bahasa penuh hikmah tentang empat
konsep. yang salah satunya harus ‘iIm ya'isyu bih. Maksudnya. agar anak itu
dibekali ilmu, dengan ilmu itulah dia bisa hidup.
Kiai-kiai
dulu mengatakan bahwa tanda-tanda ilmu bermanfaat salah satunya adalah dia bisa
hidup dengan ilmunya. Dengan ilmunya itulah Allah memberi rezeki. Maaf, saya
ingin membuat gambaran bahwa ada orang yang harus cari sendiri, dan ada orang
yang bisa bersantai dan menikmati. Contoh, orang yang tidak mempunyai nasab
yang baik, yang biasa saja seperti kita ini, bukan keturunan nabi, bukan keturunan
kiai besar. Yang merasa bukan punya nasab yang hebat seperti itu harus
berikhtiar sekuat tenaga karena tidak bisa mengharap barokah dari kakek
kakeknya.
Akan tetapi,
Allah memberikan anugerah kepada orang yang memang sejak lahir itu punya fasilitas.
Saya ambil contoh seperti keturunan Rasululloh SAW, baru lahir saja sudah
didoakan oleh umat Islam seluruh dunia. Untuk ltu, persoalannya adalah sebuah
transaksional bahwa orang yang menerima fasilitas sepertl itu menikmati subsidi
penghormatan dari umatnya.